Foto

Kamis, 10 November 2011

kirab budaya imogiri

Kirab budaya kirab Siwur merupakan acara kesenian yang telah menjadi agenda kebudayaan yang telah berlangsung selama 11 tahun dan telah menjadi agenda rutin tahunan di Kabupaten Bantul. Kirab siwur ini merupakan media apresiasi seni dan budaya yang ada di kecamatan Imogiri, bantul, Jogjakarta. Dimana akar budaya telah ditanamkan semenjak pemerintahan Sultan Agung Hangakrokusumo, oleh karena itu masyarakat seniman dan budayawan yang tergabung dalam Forum Cinta Budaya Bangsa (FORCIBB) bertekad untuk terus melestarikan, menggali, dan mengembang tumbuhkan seni dan budaya yang ada.

Kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan oleh FORCIBB merupakan kegiatan yang multifungsi dimana satu sisi kegiatan ini dapat menjadi tontonan disisilain dan yang lebih penting dapat dijadikan tuntunan. Hal inilah yang terus memacu FORCIBB terus mengupayakan kegiatan pelestarian, penggalian dan juga pengembangan. Kirab budaya yang diselenggarakan setiap tahun ini bertepatan dengan kegiatan budaya ritual yang diselenggarakan oleh dua Keraton yaitu kasunanan Surakarta Hadiningrat dan keratin Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu Nguras Kong atau Enceh yang hanya dilaksanakan setiap bulan Sura, dan juga kirab Siwur (Gayung) milik Kabupaten juru kunci Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kabupaten Puralaya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang letaknya tidak berjauhan kurang lebih 500 meter.
Kirab budaya yang dilaksanakan pada hari Kamis 18 Desember 2009 pukul 14.00- 16.00 ini diikuti oleh kelompok-kelompok seni dan juga Bergodo Seni Keprajuritan yang ada di Imogiri. Seperti:
  1. Bergada Juaji/panji kirab Budaya (tapak asta Sri Sultan Hamengkubuwana X dan Tapak asta Sri Pakualam IX), Panji FORCIBB, Tombak Pusaka milik kabupaten juru Kunci Surakarta Hadiningrat, Tombak pusaka milik Puralaya Kabupaten Juru Kunci Ngayogjakarta Hadiningrat dan Tombak Pusaka milik Kecamatan Imogiri, dan juga Bergada Seni Keprajuritan Wanita Puspita Sari.
  2. Bergada Lurah, dan Perangkat/Pamong Desa, Guru Sd, SMP, SMA, dan seluruh PNS sekecamatan Imogiri.
  3. Bergada Keprajuritan Giri Tamtama
  4. Bergada tandu Siwur dan Abdi dalem Kabupaten juru kunci Surakarta
  5. Bergada seni keprajuritan Karang Seta
  6. Bergada tandu siwur dan abdidalem Kabupaten Puralaya Juru Kunci Yogyakarta
  7. Bergada seni keprajuritan Haldokorosa
  8. Bergada seni keprajuritan Muda Agung Manggala
  9. Bergada seni keprajuritan Selo Manggala seta
  10. Bergada seni Kaprajuritan Manggala Harjo
  11. Bergada Abdi Dalem kaprajan kabupaten Bantul
  12. Bergada Kesenian
Prosesi kirab siwur diawali dengan upacara pelepasan seluruh bergada kirab dari halaman kecamatan Imogiri yang dimulai pukul 14.00 tepat. Selanjutnya seluruh bergada kirab menelusuri jalan menuju ke kabupaten juru kunci Surakarta (kanjengan Kulon) upacara ini dipimpin langsung oleh Bupati Juru kunci Surakarta yang selanjutnya diadakan bentuk serah terima ara dan tradisi yang dimiliki oleh kabupaten Surakarta dimana upacara serah terima dilakukan dengan cara lampah adegan atau dengan jalan berdiri dengan diiringi tari-tarian mangayubagya (music Gejog Lesung). Acara selanjutnya di teruskan pengambilan siwur (gayung) di Kabupaten Puralaya Juru kunci Yogyakarta (Kanjengan Wetan). Tatacara penyerahan diawali dengan laporan kepada Bupati oleh abdidalem yang bertugas bahwa iring-iringan kirab telah memasuki halaman kabupaten jurukunci. Setelah suasana tenang maka upacara pun segera dimulai dengan diawali abdidalem punakawan yang jumlahnya sepuluh menghadap Bupati juru kunci dengan gaya jalan jongkok (lampah dodok) selama abdidalem berjalan jongkok diringi sekar sinom Parijotho, dan selanjutnya siwur dimasukan ketandu untuk di bawa ke bangsal Nalawangsan
Upacara serah terima siwur sekaligus sebagai rangkaian terahir dari prosesi kirab budaya yang sebelumnya diadakan serah terima siwur dari pemerintah kecamatan Imogiri atau kabupaten Bantul kepada abdi dalem Punokawan Surakarta dan Yogyakarta, selanjutnya kedua siwur tersebut dibawa menuju bangsal Sultan Agung untuk disemayamkan satu malam dan keesokan harinya siwur dipergunakan untuk upacara nguras Enceh/nguras Kong.
Kirab siwur yang diselenggarakan oleh FORCIBB mempunyi nilai tidak hanya tontonan tetapi juga tuntunan dimana jika kita memperhatikan secara seksama Kirab siwur memepunyai makna filosofis yang sangat baik. Siwur adalah alat untuk mengambil air peninggalan dari nenekmoyang yang terdiri dari tiga bagian; tempurung kelapa, tangkai dari sebilah kayu dan kancing atau perekat. Siwur mempunyai makna filosofi nek isi ora ngawur terkandungmaksud bahwa orang yang berilmu tidak boleh sombong, congkak, dan tidak boleh seenaknya sendiri. Tempurung kelapa yang berasal dari pohonkelapa memepunyai makna mengajak berfikir melalui perenungan agar dalam hidup baik lahir, maupun batin baik tingkah laku, pola piker, dan ucapan agar berguna seperti pohon kelapa yang berguna dari akar hingga daunnya. Tangkai yang terbuat dari kayu mempunyai makna agar dalam hidup kita harus mempunyai pegangan hidup untuk mencapai kekajengan atau cita-cita. Sedangkan kancing mengandung arti agar manusia harus mempunyai kekancingan atau identitas atau prinsip hidup agar tidak mudah terombang-ambing, tergoyang oleh situasi dan kondisi apapun juga dan juga sebagai alat pemersatu tanpa membedakan suku, agama, keturunan, asal-usul, ras, serta tidak memebedakan derajat dan juga pangkat.
Pada prosesi kirab siwur kita juga akan melihat adanya gunungan tunggal. Gunungan ini adalah hasil bumi dari 8 kelurahan/desa sekecamatan Imogiri seperti Pala pendem, pala kesimpar, polo kemantung, dan juga padi yang telah menguning. Gunungan mempunyai arti filosofi symbol kegotongroyongan dan manunggalnya kehendak rakyat dan pemimpin dalam mengemban amanah kehidupan sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas limpahan rahmat kepada Tuhan YME.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar