Kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan oleh FORCIBB merupakan kegiatan yang multifungsi dimana satu sisi kegiatan ini dapat menjadi tontonan disisilain dan yang lebih penting dapat dijadikan tuntunan. Hal inilah yang terus memacu FORCIBB terus mengupayakan kegiatan pelestarian, penggalian dan juga pengembangan. Kirab budaya yang diselenggarakan setiap tahun ini bertepatan dengan kegiatan budaya ritual yang diselenggarakan oleh dua Keraton yaitu kasunanan Surakarta Hadiningrat dan keratin Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu Nguras Kong atau Enceh yang hanya dilaksanakan setiap bulan Sura, dan juga kirab Siwur (Gayung) milik Kabupaten juru kunci Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kabupaten Puralaya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang letaknya tidak berjauhan kurang lebih 500 meter.
Kirab budaya yang dilaksanakan pada hari Kamis 18 Desember 2009 pukul 14.00- 16.00 ini diikuti oleh kelompok-kelompok seni dan juga Bergodo Seni Keprajuritan yang ada di Imogiri. Seperti:
- Bergada Juaji/panji kirab Budaya (tapak asta Sri Sultan Hamengkubuwana X dan Tapak asta Sri Pakualam IX), Panji FORCIBB, Tombak Pusaka milik kabupaten juru Kunci Surakarta Hadiningrat, Tombak pusaka milik Puralaya Kabupaten Juru Kunci Ngayogjakarta Hadiningrat dan Tombak Pusaka milik Kecamatan Imogiri, dan juga Bergada Seni Keprajuritan Wanita Puspita Sari.
- Bergada Lurah, dan Perangkat/Pamong Desa, Guru Sd, SMP, SMA, dan seluruh PNS sekecamatan Imogiri.
- Bergada Keprajuritan Giri Tamtama
- Bergada tandu Siwur dan Abdi dalem Kabupaten juru kunci Surakarta
- Bergada seni keprajuritan Karang Seta
- Bergada tandu siwur dan abdidalem Kabupaten Puralaya Juru Kunci Yogyakarta
- Bergada seni keprajuritan Haldokorosa
- Bergada seni keprajuritan Muda Agung Manggala
- Bergada seni keprajuritan Selo Manggala seta
- Bergada seni Kaprajuritan Manggala Harjo
- Bergada Abdi Dalem kaprajan kabupaten Bantul
- Bergada Kesenian
Upacara serah terima siwur sekaligus sebagai rangkaian terahir dari prosesi kirab budaya yang sebelumnya diadakan serah terima siwur dari pemerintah kecamatan Imogiri atau kabupaten Bantul kepada abdi dalem Punokawan Surakarta dan Yogyakarta, selanjutnya kedua siwur tersebut dibawa menuju bangsal Sultan Agung untuk disemayamkan satu malam dan keesokan harinya siwur dipergunakan untuk upacara nguras Enceh/nguras Kong.
Kirab siwur yang diselenggarakan oleh FORCIBB mempunyi nilai tidak hanya tontonan tetapi juga tuntunan dimana jika kita memperhatikan secara seksama Kirab siwur memepunyai makna filosofis yang sangat baik. Siwur adalah alat untuk mengambil air peninggalan dari nenekmoyang yang terdiri dari tiga bagian; tempurung kelapa, tangkai dari sebilah kayu dan kancing atau perekat. Siwur mempunyai makna filosofi nek isi ora ngawur terkandungmaksud bahwa orang yang berilmu tidak boleh sombong, congkak, dan tidak boleh seenaknya sendiri. Tempurung kelapa yang berasal dari pohonkelapa memepunyai makna mengajak berfikir melalui perenungan agar dalam hidup baik lahir, maupun batin baik tingkah laku, pola piker, dan ucapan agar berguna seperti pohon kelapa yang berguna dari akar hingga daunnya. Tangkai yang terbuat dari kayu mempunyai makna agar dalam hidup kita harus mempunyai pegangan hidup untuk mencapai kekajengan atau cita-cita. Sedangkan kancing mengandung arti agar manusia harus mempunyai kekancingan atau identitas atau prinsip hidup agar tidak mudah terombang-ambing, tergoyang oleh situasi dan kondisi apapun juga dan juga sebagai alat pemersatu tanpa membedakan suku, agama, keturunan, asal-usul, ras, serta tidak memebedakan derajat dan juga pangkat.
Pada prosesi kirab siwur kita juga akan melihat adanya gunungan tunggal. Gunungan ini adalah hasil bumi dari 8 kelurahan/desa sekecamatan Imogiri seperti Pala pendem, pala kesimpar, polo kemantung, dan juga padi yang telah menguning. Gunungan mempunyai arti filosofi symbol kegotongroyongan dan manunggalnya kehendak rakyat dan pemimpin dalam mengemban amanah kehidupan sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas limpahan rahmat kepada Tuhan YME.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar